Deodoran Mengandung Aluminum, Apakah Berbahaya? - gcway media

Deodoran Mengandung Aluminum, Apakah Berbahaya?

 Media Netizen - Beberapa orang menganggap kandungan aluminium dalam deodoran berhubungan dengan kondisi kesehatan serius, seperti demensia dan kanker.


Sebetulnya aluminium tidak umum ditemukan dalam deodoran, tetapi ini merupakan bahan utama antiperspiran. Sebagai catatan, deodoran bekerja membaut ketiak tidak terlalu bau, sedangkan antiperspiran mengurangi jumlah keringat.


Fakta menarik, sebenarnya keringat tidak berbau saat keluar dari pori-pori. Namun, saat bakteri di kulit berinteraksi dengan keringat, tergantung pada kimiawi tubuh, kombinasi bakteri dan keringat bisa mengeluarkan aroma tidak sedap. Nah, di sinilah aluminium berperan.


Senyawa aluminium dalam antiperspiran larut ke dalam pori-pori dan pada dasarnya menghalangi keringat untuk mencapai permukaan kulit. Ini mencegah kontak antara keringat dan mikroba, sehingga mencegah bau ketiak. Di sisi lain, deodoran mengandung bahan yang membantu campuran keringat dan bakteri dari bau tak sedap.


Amankah antiperspiran yang mengandung aluminium?

Apa pun kabar yang kamu dengar, penelitian tidak menemukan hubungan antara aluminium dan masalah kesehatan serius.


Faktanya, U.S. Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui penggunaan senyawa aluminium dalam antiperspiran yang dijual bebas.


Di bawah ini akan dibahas mengenai beberapa masalah kesehatan yang ramai dibicarakan yang terkait dengan kandungan aluminium dalam deodoran dan antiperspiran.


1. Kanker payudara

Ada rumor bahwa aluminium dalam antiperspiran terkait dengan kanker payudara. Namun, ini dibantah oleh National Cancer Institute.


Kekhawatiran muncul bahwa karena senyawa aluminium dalam antiperspiran pada dasarnya menyumbat pori-pori kulit, hal itu dapat mencegah tubuh mengeluarkan toksin penyebab kanker lewat keringat. Namun, faktanya kulit bukanlah agen utama detoksifikasi. Orang ginjal dan hati membuang toksin itu melalui kencing dan tinja.


Ada juga kekhawatiran bahwa senyawa aluminium dapat diserap ke dalam kulit dan menyerupai estrogen, hormon yang telah terbukti terkait dengan perkembangan kanker payudara.


Studi dalam Journal of Inorganic Biochemistry tahun 2013 menunjukkan bahwa meskipun aluminium dikaitkan dengan kanker, tetapi kita terpapar aluminium di mana-mana, termasuk makanan, antasida, pasta gigi, hingga air minum. 


Sebuah metaanalisis dalam jurnal Critical Reviews in Toxicology tahun 2014 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang jelas antara senyawa aluminium dan kanker. Bahkan jika ketiak berada tepat di sebelah jaringan payudara, aluminium yang diserap melalui antiperspiran tidak cukup untuk menimbulkan masalah kesehatan.


2. Penyakit ginjal

Ada pula kabar berembus bahwa antiperspiran terkait dengan penyakit ginjal.


Memang, kadar aluminium yang terlalu banyak dalam tubuh bisa berbahaya. Namun, menurut National Kidney Foundation, sangat tidak mungkin untuk kulit menyerap aluminium dalam jumlah yang dapat merusak ginjal. Kalau kamu memiliki ginjal yang sehat, tidak perlu khawatir.


Namun, apabila fungsi ginjal kamu rendah, bicarakan dengan dokter sebelum memakai antiperspiran yang mengandung aluminium. Itu sebabnya FDA memberikan peringatan bagi orang dengan penyakit ginjal untuk menjauhi produk yang mengandung aluminium.


3. Penyakit tulang

Aluminium dalam antiperspiran belum dikaitkan dengan penyakit tulang. Namun, bagi orang yang memiliki penyakit ginjal akut dan butuh hemodialisis, penumpukan aluminium dalam darah merupakan risiko yang nyata.


Jika racun tersebut tidak dapat disaring dengan cukup cepat, pasien mungkin mengalami beberapa efek samping, termasuk penumpukan aluminium dalam darah dan perkembangan penyakit tulang, yang dikenal sebagai osteomalasia, yang merupakan pelemahan tulang.


4. Gangguan memori

Menurut Alzheimer’s Association, pada tahun 1960-an muncul rumor yang menghubungkan aluminium dalam segala bentuknya dengan demensia. Orang-orang menuding wajan, panci, kaleng bir, dan antiperspiran.


Beberapa studi lampau mungkin menemukan kaitan, tetapi ini telah didiskreditkan atau disangkal. Sampai sekarang, para ahli setuju bahwa tidak ada kaitan antara penyakit Alzheimer dan demensia.


Bahkan, studi dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine tahun 2014 menyebut kecurigaan awal yang menghubungkan aluminium dengan penyakit Alzheimer sebagai "teori pinggiran" (fringe theory).


Apakah deodoran dan antiperspiran yang mengandung aluminium perlu dihindari?



Kandungan aluminium dalam antiperspiran tidak perlu dikhawatirkan kecuali kamu memiliki penyakit ginjal akut. 


Kalau keringat kamu benar-benar berlebihan, kamu mungkin memiliki kondisi yang disebut hiperhidrosis. Dalam hal ini, dokter mungkin menyarankan antiperspiran resep dokter yang mengandung kadar senyawa aluminium yang sedikit lebih tinggi.


Opsi lain yang disetujui FDA untuk menghentikan keringat berlebih adalah Botox, yang menghalangi fungsi saraf kelenjar keringat di ketiak. Perawatan hiperhidrosis rumit dan mungkin memerlukan kombinasi dari beberapa perawatan berbeda.


Kesimpulannya, tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan senyawa aluminium dalam antiperspiran dengan masalah kesehatan serius. Sementara itu, deodoran tidak mengandung aluminium sama sekali. 


Memang, terlalu banyak aluminium dalam tubuh merupakan hal buruk, tetapi kamu tidak akan mendapatkan aluminium dalam jumlah banyak dari antiperspiran.


Kalau kamu memiliki hiperhidrosis, dokter mungkin menyarankan perawatan Botox. Namun, jika kamu memiliki penyakit ginjal, pastikan untuk membaca label dan hindari produk dengan aluminium. Dibanding antiperspiran, deodoran mungkin adalah pilihan terbaik. Diskusikan opsi terbaik dengan dokter.


Sumber...IDN Times