Berikut 3 Perbedaan antara Hipertensi dan Hipotensi - gcway media

Berikut 3 Perbedaan antara Hipertensi dan Hipotensi


Media Netizen
- Tekanan darah adalah ukuran kekuatan yang digunakan untuk jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.

Tekanan darah bisa berubah-ubah dalam sehari. Namun, tekanan darah yang cenderung tinggi atau rendah bisa menjadi gejala dari kondisi kesehatan yang lebih serius.


Tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa membuat jantung bekerja lebih keras. Sebaliknya, tekanan darah rendah atau hipotensi bisa membuat otak dan jantung kekurangan asupan darah.


Untuk lebih jelasnya, simak perbedaan antara hipertensi dan hipotensi berikut ini.


Perbedaan antara hipertensi dan hipotensi

Disarikan dari Cleveland Clinic dan WebMD, berikut adalah beberapa perbedaan antara hipertensi dan hipotensi yang perlu diketahui.


Penyebab

Penyebab hipertensi tidak diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang akan meningkatkan risikonya, seperti:


Memiliki kebiasaan merokok

Memiliki kelebihan berat badan atau obesitas

Jarang melakukan aktivitas fisik

Mengonsumsi garam secara berlebihan

Memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol dalam jumlah banyak atau lebih dari satu hingga dua botol per hari

Merasa stres

Memiliki usia lebih dari 65 tahun

Memiliki riwayat darah tinggi di dalam keluarga

Mengidap penyakit ginjal kronis

Memiliki gangguan tiroid dan adrenal

Memiliki gangguan tidur, khususnya apnea tidur atau berhentinya napas sementara ketika tidur

Hipotensi juga tidak memiliki penyebab pasti. Namun, ada beberapa faktor penyebab hipotensi yang umum ditemui, seperti:


Berdiri secara tiba-tiba sehingga tekanan darah tidak cukup untuk menuju ke otak, atau disebut dengan hipotensi ortostatik

Mengalami penyakit sistem saraf pusat, seperti penyakit Parkinson

Mengalami dehidrasi atau kehilangan terlalu banyak darah ketika mengalami kecelakaan

Memiliki kondisi kesehatan tertentu yang mengancam nyawa, seperti gangguan irama jantung atau aritmia, reaksi alergi anafilaksis, dan serangan jantung

Memiliki gangguan jantung dan paru-paru sehingga tidak bekerja secara normal

Mengonsumsi obat untuk mengatasi kondisi kesehatan tertentu, seperti untuk gagal jantung, disfungsi ereksi, dan depresi

Memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang

Sedang dalam masa kehamilan, khususnya pada trimester pertama dan kedua

Mendapatkan paparan cuaca ekstrem, termasuk cuaca yang terlalu panas atau terlalu dingin

Meskipun umumnya menyerang orang dewasa, khususnya di atas 65 tahun, anak-anak juga bisa mengalami hipertensi dan hipotensi.


Anak-anak biasanya mengalami hipertensi ketika memiliki gangguan dengan ginjal atau jantung, serta memiliki pola hidup yang tidak sehat.


Sedangkan anak-anak yang mengalami hipotensi umumnya disebabkan oleh neurally mediated hypotension atau darah rendah dari sinyal otak yang salah dan umumnya terjadi ketika berdiri terlalu lama.


Gejala

Seseorang yang menderita tekanan darah tinggi umumnya tidak mengalami gejala apapun. Bahkan, beberapa orang tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki hipertensi.


Namun jika tekanan darah mencapai angka 180/120 mmHg atau lebih, akan muncul beberapa gejala hipertensi, seperti:


Mengalami sakit kepala

Mengalami palpitasi jantung sehingga terasa seperti berdebar atau berdenyut dengan lebih cepat

Mengalami mimisan

Beberapa gejala tersebut akan sangat berbahaya sehingga perlu segera mendapatkan bantuan medis.


Penderita yang mengalami tekanan darah rendah umumnya tidak mendapatkan asupan darah yang cukup ke otak. Akibatnya, akan muncul beberapa gejala hipotensi, seperti:


Merasa pusing atau terasa seperti akan pingsan

Tidak sadarkan diri atau pingsan

Merasa mual atau muntah

Mengalami pandangan yang kabur atau tidak jelas

Mengalami napas pendek dan cepat

Merasa kelelahan

Merasa lemas atau lesu

Merasa bingung atau sulit berkonsentrasi

Menjadi lebih mudah tersinggung atau menunjukkan perubahan perilaku

Memiliki kulit yang pucat

Beberapa penderita hipotensi terkadang tidak menunjukkan gejala apapun dan masih tetap bisa beraktivitas secara aktif seperti biasanya.


Penderita hipertensi dan hipotensi umumnya hanya akan mengetahui kondisi yang dialami ketika melakukan pemeriksaan tekanan darah.


Cara mengatasi

Cara terbaik untuk mengatasi hipertensi dan hipotensi adalah dengan melakukan pola hidup sehat. Ada beberapa pola hidup sehat yang bisa diterapkan sebagai cara mengatasi hipertensi, seperti:


Menurunkan berat badan jika Anda memiliki kelebihan berat badan atau obesitas

Menghentikan kebiasaan merokok

Mengonsumsi makanan yang bernutrisi, seperti sayur dan buah

Mengurangi asupan gula atau kurang dari 1,500 mg per hari

Berolahraga setidaknya 30 menit sehari

Menjaga berat badan ideal

Membatasi asupan minuman beralkohol

Mengurangi stres, termasuk dengan melakukan meditasi

Beberapa cara mengatasi hipotensi, yakni:


Mengonsumsi makanan yang mengandung garam

Minum air putih lebih banyak, khususnya saat cuaca sedang panas dan ketika sakit

Membatasi konsumsi minuman beralkohol

Mengganti jenis obat yang dikonsumsi jika menyebabkan tekanan darah rendah, namun dengan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu

Berolahraga secara teratur

Lebih berhati-hati ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring

Menggunakan bantal untuk menyangga kepala ketika tidur

Menghindari untuk mengangkat barang yang berat, berdiri dalam waktu lama, dan mengejan ketika buang air besar

Menghindari paparan air panas, seperti ketika mandi

Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil dengan frekuensi yang lebih sering

Dengan mengetahui perbedaan hipertensi dan hipotensi di atas, Anda kemudian bisa mencoba beberapa cara tersebut untuk menurunkan atau menaikkan tekanan darah.


Namun ketika cara tersebut tidak berhasil, Anda diimbau untuk mencari bantuan medis agar bisa mendapatkan pengobatan yang diperlukan.


Hindari diagnosis pribadi dan lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur sehingga bisa melakukan

 tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menghindari kondisi yang lebih serius.


Sumber...Kompas.com